Sabtu, 19 Mei 2012

Makalah minyak kenanga

MAKALAH
MINYAK ATSIRI
“Minyak Kenanga”

OLEH:
Kelompok VI
Anty Pusparini (G 701 09 017)
Andi Wahyuni (G 701 09 015)
Gita jumiasri (G 701 09 016 )
Hasrat (G 701 09 019)
Apriyanti Anastasia (G 701 09 021)
Muhammad Yusaran (G 701 09 020)
Tri novrianti djanggola (G 701 09 014 )
Dwi cahaya purnama (G 701 09 13)
Agus ritna (G 701 09 023)
Nur fadilatuh rahmah (G 701 09 018)

PROGRAM STUDI FARMASI
FAKULTAS MATEMATIKA DAN ILMU PENGETAHUAN ALAM
UNIVERSITAS TADULAKO
2011
BAB I
PENDAHULUAN
Minyak atsiri mengandung bahan kimia asli berupa zat antiseptik seperti fenol dan alkohol dan molekul-molekul lain yang mempunyai khasiat menyembuhkan berbagai penyakit serta menyebarkan bau harum. Molekul-molekul yang menyebarkan wangi tersebut dapat ditiru di laboratorium menggunakan bahan sintetis berasal dari minyak bumi, namun demikian hasilnya berbeda dengan minyak atsiri, dimana minyak atsiri disamping mengandung molekul wangi, juga mengandung molekul yang menyembuhkan. Disamping khasiat antioksidan, molekul-molekul alam dapat meningkatkan kekebalan tubuh secara alami. (Annonim 1, 2003).
Walaupun minyak atsiri dapat digunakan sebagai bahan pengobatan dalam aromaterapi, namun penggunaannya harus diawasi karena pada konsentrasi yang terlalu tinggi dapat menyebabkan keracunan. Selain itu ada juga yang alergi terhadap suatu komponen tertentu dari minyak atsiri maupun minyak atsirinya sendiri yang dapat menimbulkan penyakit kulit, seperti ; geraniol, cinnamic aldehid, benzaldehid, linalool, minyak neroli, terpen dari minyak jeruk, minyak cendana, serai dapur, absolut melati dan Ylang-ylang (Susun et al., 2005; Frosch et al., 2002).
Kenanga (Cananga odorata) merupakan salah satu sumber minyak atsiri utama dunia. Untuk minyak kenanga, sifat kimia yang sangat mempengaruhi mutu dan selalu dipertimbangkan oleh para konsumen adalah bilangan ester dan bilangan penyabunan yang tinggi. Bunga yang masih hijau dan yang sudah kuning, dari segi rendemen tidak memperlihatkan perbedaan yang nyata, namun dari segi bilangan ester dan bilangan penyabunan, bunga yang kuning mempunyai nilai yang lebih tinggi, sehingga untuk mendapatkan minyak kenanga dengan mutu yang tinggi supaya dihindari penggunaan bunga yang masih hijau dan sesedikit mungkin bunga yang masih hijau kekuningan yang tercampur (Anononim3 ,1998).
Sama halnya dengan minyak atsiri lainnya, rendemen dan mutu minyak kenanga selain dipengaruhi oleh cara penyulingan, juga dipengaruhi oleh lingkungan tumbuh tanaman, waktu petik bunga, kematangan bunga, penanganan bunga sebelum penyulingan dan lain-lain. Bunga yang dipetik pagi hari kandungan dan mutu minyaknya lebih tinggi dibanding yang dipetik siang hari. Begitu pula halnya bunga yang dipetik pada musim kemarau baik mutu maupun kadar minyaknya lebih tinggi dibanding bunga yang dipanen pada musim hujan (Anononim3 ,1998 dan Genzor, 1978).
Perkembangan minyak atsiri di Indonesia berjalan agak lambat, hal ini disebabkan adanya beberapa faktor yang menjadi masalah yang sangat erat kaitannya satu sama lain. Rendahnya produksi tanaman, sifat usahatani, mutu minyak yang beragam, penyediaan produk yang tidak bermutu, fluktuasi harga, pemasaran, persaingan sesama negara produsen dan adanya produk sintetis. Fluktuasi harga minyak atsiri yang cukup besar menjadi masalah yang sulit dikendalikan. Umumnya petani menggarap lahan yang sempit dan terbatas, sehingga fluktuasinya sangat berpengaruh terhadap ketersediaan produk. Petani akan malas mengusahakan produk tersebut dan mengalihkan ke usahatani dengan menanam tanaman lain yang harganya lebih menjanjikan (Hobir dan Rusli, 2002).
Diperkirakan 90% tanaman aromatik diusahakan oleh petani atau pengrajin di pedesaan dalam bentuk industri kecil. Pengelolaan usahatani bersifat sambilan dengan modal yang kecil dan teknologi seadanya. Berdasarkan data Direktorat Jenderal Perkebunan 2004,minyak atsiri yang diproduksi oleh petani diekspor dengan pangsa pasar nilam 64%, kenanga 67%, akar wangi 26%, serai wangi 12%, pala 72%,cengkih 63%, jahe 0,4%, dan lada 0,9% dari ekspor dunia (Ditjenbun 2004; FAO 2004).Ekspor minyak atsiri Indonesia pada 2005 sebesar USD103.690.000, sedangkan impor minyak atsiri USD197.422.000 (International Trade Centre, 2007).

Kenanga merupakan komuditas yang minyaknya ditawar dunia dengan harga yang cukup tinggi. Meskipun minyak atsiri menjanjikan laba tinggi, tak gampang mewujudkan impian meraih untung. Sederet hambatan menghadang dari hulu ke hilir, dari kebun hingga pemasaran. Memasarkan minyak atsiri itu relatif gampang. Bagi pemula, dapat menyetorkan minyak ke para eksportir yang tak membatasi jumlah pasokan asal standar mutu terpenuhi. Jika melihat segi perkembangan industri kosmetik, sabun, lebih-lebih telah berkembangnya praktek aromaterapi di Indonesia, pasar dalam negri ini perlu dipertimbangkan. Mengingat kebutuhan dunia akan minyak kenanga akan tetap ada, industri kosmetik , farmasi dan aromaterapi yang terus berkembang, menurunnya produksi minyak kananga membutuhkan waktu yang tidak sebentar untuk ditingkatkan kembali.














BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
A. Mengenal Kenanga
Kenanga (Cananga odorata) adalah nama bunga dari pohon yang memiliki nama yang sama. Pohon kenanga tumbuh dengan cepat hingga lebih dari 5 meter per tahun dan mampu mencapai tinggi rata-rata 12 meter. Pertumbuhannya didukung sinar matahari penuh atau sebagian, dan lebih menyukai tanah yang memiliki kandungan asam di dalam habitat aslinya di dalam hutan tadah hujan. Daunnya panjang, halus dan berkilau. Bunganya hijau kekuningan (ada juga yang bersemu dadu, tetapi jarang), menggelung seperti bentuk bintang laut, dan mengandung minyak biang yang wangi.
Tumbuhan ini merupakan tumbuhan asli di Indonesia dan Filipina, dan lazim ditanam di Polinesia, Melanesia, dan Mikronesia. Di Indonesia, bunga kenanga banyak menempati peran di dalam upacara-upacara khusus misalnya dalam upacara perkawinan. Kenanga adalah flora identitas Provinsi Sumatera Utara (Mulyono, E. dan T. Marwati. 2005)
Klasifikasi ilmiah
Kerajaan : Plantae
Devisi : Magnoliophyta
Kelas : Magnoliopsida
Ordo : Magnoliales
Famili : Annonaceae
Genus : Cananga
Spesies : C. odorata

Nama binomial
Cananga odorata

a. Khasiat bunga kenanga
Bunga kenanga mengandung minyak atsiri, yang dikenal dengan nama minyak kenanga, yang mempunyai khasiat dan bau yang khas. Hasil penelitian mereka menunjukkan, ekstrak bunga kenanga memiliki kemampuan menolak nyamuk karena adanya kandungan linalool, geraniol, dan eugenol. Hasil penelitian menunjukkan, ketika mengoleskan ekstrak bunga kenanga pada marmut, maka minyak atsiri yang terkandung dalam ekstrak bunga kenanga meresap ke pori-pori lalu menguap ke udara. Bau ini akan terdeteksi oleh reseptor kimia (chemoreceptor) yang terdapat pada tubuh nyamuk dan menuju ke impuls saraf. Itulah yang kemudian diterjemahkan ke dalam otak sehingga nyamuk akan mengekspresikan untuk menghindar tanpa mengisap darah marmut lagi. Semakin banyak kandungan bahan aktif yang terdapat dalam ekstrak bunga kenanga, maka semakin besar kemampuan ekstrak tersebut menolak nyamuk (http://masenchipz.com/khasiat-bunga-kenanga)
b. Ekologi dan Penyebarannya
Cananga Odorata (famili Anonaceae) diduga berasal dari Maluku dan Filipina. Genus Canangium dapat tumbuh sampai 1200 m di atas permukaan laut. Namun untuk ylang-ylang dan kenanga penyebarannya terutama di dataran rendah yang lembab dan panas serta mengalami periode kering tertentu.
Tanah yang baik untuk pengembangan kenanga dan ylang-ylang adalah tanah yang aerasinya baik dan solumnya dalam, tanpa lapisan batu atau padas. Hal ini penting karena tanaman tersebut memiliki perakaran yang dalam. Di Nossi Be (dekat Madagaskar), produksi dan mutu minyak ylang-ylang yang terbaik diperoleh dari tanaman yang diusahakan pada tanah liat berpasir atau tanah vulkanik yang aerasinya baik (http://www.litbang.deptan.go.id/tahukah-anda/?p=11)

c. Hama Utama dan Pengendaliannya
Gangguan utama pada tanaman ini adalah serangan ulat pemakan daun (Maenas maculifascie WLK) yang banyak menyerang tanaman pada musim hujanl Hama ini poliphagus, selain menyerang kenanga juga menyerang tanaman sirih, dadap, coklat, jarak dan sebagainya.
Pengendalian hama ini dapat dilakukan secara mekanik/fisik, secara biologis maupun secara kimia. Pengendalian secara mekanik/fisik dilakukan dengan membakar atau langsung membunuh larva yang terkumpul pada pangkal batang. Tindakan selanjutnya adalah melakukan sanitasi disekitar areal tanaman terhadap sisa-sisa sarang dan rumput serta sampah. Dengan demikian pupa yang berada disekitar permukaan tanah dapat dieradikasi (Hobir. 1989)
Pengendalian secara biologis dapat dilakukan dengan menggunakan parasit dari ordo Diptera serta bakteri yang menyerang larva M. maculifascie. Sedangkan pengendalian secara kimiawi dapat dilakukan dengan menggunakan Azodrin 15 WSC yang diaplikasikan secara sistemik (infus) dan langsung disemprotkan ke tanaman yang tererang dengan dosis 2ml/l. Seanjutnya dari hasil penelitian diketahui bahwa Atabron 50 EC Nogos 50 EC dan Dursban 20 EC pada konsentrasi 0.5 mi/l cukup untuk membunuh larva instar ketiga Rumphius (1896).
1. Penyulingan
Penyulingan adalah pemisahan komponen-komponen suatu campuran dari dua jenis zat atau lebih yang didasarkan atas perbedaan titik didih dari masing-masing zat tersebut (Guenter, 1952). Secara umum metode penyulingan dapat dilakukan dengan tiga cara, yaitu penyulingan dengan air, penyulingan dengan menggunakan uap serta penyulingan dengan air dan uap air.
Penyulingan dengan air, metode ini bahan yang akan disuling berkontak langsung dengan air yang mendidih. Bahan baku disini dapat mengapung atau tenggelam, tergantung berat jenis bahan dan jumlah bahan yang akan disuling yang dimasukkan ke dalam ketel. Pemanasannya dapat dilakukan dengan menggunakan pemanasan langsung, mantel uap ataupun pipa uap dalam spiral yang terbuka dan berlubang. Cara kerja alat ini merupakan proses hidrodifusi yang bekerja sangat lamban. Agar lebih efektif bahan harus dirajang terlebih dahulu. Ketel yang berisi bahan dan air, yang pengisiannya tidak terlalu penuh, dipanaskan dengan api langsung yang dilengkapi dengan mantel uap dan pipa uap melingkar. Jika air sudah mulai mendidih, kondensat akan mulai keluar melalui kondensor dan menetes ke dalam alat pemisah minyak yang terlebih dahulu diisi air. Kecepatan penyulingan dapat diatur melalui intensitas apinya. Juga harus sesuai dengan keadaan alat dan bahan yang akan disuling. Kecepatan hendaknya harus berada pada keadaan optimum untuk menghasilkan minyak atsiri yang berkualitas baik. Yang perlu diperhatikan adalah selama proses penyulingan berlangsung diusahakan ada penambahan air untuk menjaga agar bahan tidak terlalu panas dan pengisian bahan tidak terlalu penuh. Penyulingan ini sering disebut metode kohobasi.
Penyulingan bunga kenanga dan ylang-ylang dapat dilakukan secara penyulingan dengan air (direbus) atau penyulingan dengan air dan uap (dikukus). Pada penyulingan bunga ylang-ylang , minyak yang dihasilkan dipisahkan menjadi beberapa fraksi. Fraksi hasil penyulingan minyak ylang-ylang digolongkan menjadi empat jenis mutu yaitu fraksi ekstra (mutu terbaik), fraksi pertama, kedua dan ketiga. Penggolongan fraksi minyak ylang-ylang ini didasarkan pada berat jenis dan bilangan ester serta dilakukan berdasarkan lama penyulingan(Hobir. 1989)
Fraksi terbaik mempunyai bilangan ester dan berat jenis yang paling tinggi dan fraksi berikutnya mempunyai berat jenis dan bilangan ester yang makin kecil. Makin lama penyulingan persentase fraksi pertama (fraksi ester) makin rendah, sebaliknya fraksi terpen dan seskuiterpennya makin tinggi. Makin cepat penyulingan, persentase fraksi pertama makin banyak dan sedangkan fraksi terakhir (terpen dan seskuiterpen) makin rendah (Ketaren, S. 1985).
Penyulingan dapat dilakukan dengan tiga cara, yaitu :
1. Penyulingan Dengan Air
Menyuling minyak atsiri dengan air merupakan cara yang tertua. Bangsa mesir dan india kuno telah melakukan penyulingan dengan air ini dan sampai sekarang pula masih dilakukan pertama oleh petani tradisional.
Prinsip kerja penyulingan dengan air adalah sebagai berikut : ketel penyulingan disisi air sampai volumenya sampai separuh, lalu dipanaskan. Sebelum air mendidih, bahan baku dimasukkan kedalam ketel penyulingan. Dengan demikian penguapan air dan minyak atsiri berlangsung bersamaan. Cara penyulingan seperti ini disebut : penyulingan langsung (direct distilation). Bahan baku yang digunakan biasanya bunga atau daun yang mudah bergerak didalam air dan tidak mudah rusak oleh panas uap air.
Penyulingan dengan cara sederhana ini sangat mudah dilakukan, dan tidak perlu modal banyak. Namun, kualitas minyak atsiri yang dihasilkan cukup rendah, kadar minyaknya sedikit, terkadang terjadi proses hidrolisis ester dan produk minyaknya bercampur dengan hasil sampingan.
2. Penyulingan Dengan Air Dan Uap
Penyulingan minyak atsiri dengan cara ini memang sedikit lebih maju dan produksi minyaknya relatif lebih baik. Prinsip kerja penyulingan ini adalah sebagai berikut : ketel penyulingan diisi air sampai batas saringan. Bahan baku diletakkan diatas saringan, sehingga tidak berhubungan langsung dengan air yang mendidih, tetapi akan berhubungan dengan uap air. Oleh karena itu cara penyulingan ini disebut : penyulingan tidak langsung (indirect distilation). Air yang menguap akan membawa partikel-partikel minyak atsiri dan dialirkan melalui pipa pelat pendingin, sehingga terjadi pengembunan dan uap air yang bercampur minyak atsiri tersebut akan mencair kembali. Selanjutnya dialirkan kealat pemisah untuk memisahkan minyak atsiri dan air.
Cara ini paling sering dilakukan oleh para petani atsiri dan alat-alatnya pun dapat dibuat sendiri oleh yang bersangkutan. Produk minyak yang dihasilkan cukup bagus, bahkan kalau pengerjaannya dilakukan dengan baik, produk minyaknya pun dapat masuk dalam kategori ekspor.
3. Penyulingan dengan uap ( Steam )
Penyulingan minyak atsiri secara langsung dengan uap memerlukan biaya yang cukup besar, karena harus disiapkan dua buah ketel, dan sebagian poralatan terbuat dari stainless steel (SS) atau mild steel (MS). Walaupun memerlukan biaya yang besar, namun kualitas minyak atsiri yang dihasilkan memang jauh ;lebih sempurna.
Prinsip kerja penyulingan seperti ini hampir sama dengan cara menyuling dengan air (indirect distilation), namun antara ketel uap dan ketel penyulingan harus terpisah. Ketel uap yang berisi air dipanaskan, lalu uapnya dialirkan ke ketel penyulingan yang berisi bahan baku. Partikel-partikel minyak pada bahan baku terbawa bersama uap dan dialirkan kealat pendingin. Di dalam alat pendingin itulah terjadi proses pengembunan, sehingga uap air yang bercampur minyak akan mengembun dan mencair kembali, selanjutnya, dialirkan kealat pemisah yang akan memisahkan minyak atsiri dari air(Hernani dan Risfaheri. 1989)
Cara ini biasanya dilakukan oleh perusahaan atau perorangan yang kaya, karena membutuhkan modal yang besar. Kualitas produk minyak atsiri yang dihasilkan jauh lebih sempurna dibandingkan dengan kedua cara lainnya, sehingga harga jual minyaknya pun lebih tinggi.
Berikut ini bagian-bagian pokok alat penyulingan dengan uap :
1. Ketel Uap
Ketel ini berisi air sebanyak 2/3 voleme ketel. Ketel dipanasi untuk menghasilkan uap bertekanan tinggi. Ketel uap dilengkapi pipa saluran pengisi air, indikator voleme air, indikator tekanan uap, dan pipa saluran uap yang menuju ketel bahan. Fungsi indikator tekanan uap sangat penting karena dapat mengetahui tekanan uap yang dihasilkan ketel.
Ketel uap juga dilengkapi dengan pipa pengaman, yaitu berupa saluran buang uap yang dilengkapi kran buka-tutup. Pengaman mutlak harus ada, gunanya untuk menghindari kecelakaan yang disebabkan oleh alat. Misalnya jika terjadi sumbatan pada pipa saluran/ pipa suling oleh bahan yang disuling atau tekanan uap panas pada ketel uap menjadi tinggi, pipa pengaman akan berfungsi.
Ketel suhu menghasilkan uap air panas ke saluran uap bagian dalam (daun ) yang disuling. Uap air panas dan bertekanan tersebut mempengaruhi daun sehingga unsur minyak pada daun ikut menguapmelalui pori-porinya. Kemudian, unsur minyak terbawa oleh uap air sebagai destilatmenuju pipa kondensor. Oleh karena pengaruh suhu ruang lebih rendah, uap minyak dan uap air di dalam pipa kondensorkembali mencair menjadi cairan air dan minyak. Tahap selanjutnya adalah memisahkan cairan minyak dan air dalam bak pemisah. Proses penyulingan dengan uap menghasilkan minyak atsiri bermutu tinggidan waktu proses lebih singkat ( sekitar 4-5 jam ) (Hernani, Munazah dan Ma’mun. 2002)
2. Ketel Bahan/Ketel Suling
Ketel bahan umumnya berbentuk silinder. Pada bagian bawah ketel terdapat pipa saluran uap yang berasal dari ketel uap. Pipa ini dilengkapi sprayer untuk mengarahkan uap agar merata keseluruh bagian bahan yang disuling. Di atas pipa saluran uap terdapat sarangan yang terbuat dari ram kawat atau pelat logam. Sarangan ini diberi lubang-lubang seperti saringan, fungsinya untuk menahan bahan yang disulung. Pada bagian ujung katub ketel terdapat pipa saluran uap sebagai tempat lintasan uap minyak dan uap air yang selanjutnya menuju kondensor (Hernani, Munazah dan Ma’mun. 2002)



3. Kondensor/ Pipa Pendingin
Kondensor merupakan pipa saluran uap minyak dan uap air.kondensor ini terendam oleh air pendingin agar suhu tinggi yang dihasilkan oleh uap panas dapat lebih stabil/normal serta uap minyak dan air berubah menjadi cairan (Hernani, Munazah dan Ma’mun. 2002)
4. Bak Pemisah
Bak pemisah berfungsi untuk memisakan cairan minyak dan air hasil penyulingan. Konstruksi bak pemisah berupa bak penampung cairang yang memiliki kolom-kolom pemisah. Secara otomatis, karena perbedaan berat jenis minyak dan air akan terbagi menjadi dua bagian. Dalam kondisi suhu stabil, cairan minyak akan berada didalam di atas permukaan air. Air dengan berat jenis 1,00 akan berada di lapisan baah. Sementara minyak yang berat jenisnya rata-rata 0,89-0,98 akan berada diatas permukaan air. Untuk memisahkan air dan minyak, keran minyak pada bak pemisah dibuka. Bak pemisah akan selalu terjaga dari luapan air destilat atau minyak. Hal ini dikarenakan tinggi permukaan pipa pembuangan air destilat di buat di bawah ujung pembukaan bak pemisah. (Hernani, Munazah dan Ma’mun. 2002).








BAB III
PEMBAHASAN
 STANDAR MUTU MINYAK KENANGA
Minyak kenanga adalah minyak yang diperoleh dari penyulingan bunga kenanga(Canangium odoratum Baill). Minyak kenanga banyak digunakan dalam industri flavor, parfum, kosmetika dan farmasi. Komponen utama minyak kenanga dari konsentrasi yang paling besar berturut-turut adalah adalah β-kariofilen, α-terpineol, benzil asetat dan benzil alkohol (Sastrohamidjojo, 2002).
Masalah yang timbul dalam penyulingan minyak kenanga pada industri kecil adalah warna minyak yang hitam kecoklatan dan kotor. Kondisi tersebut disebabkan terjadinya reaksi antara senyawa dalam minyak dengan ion logam yang berasal dari ketel suling (Brahmana, 1991), dan adanya proses polimerisasi, oksidasi dan hidrolisis. Salah satu upaya untuk memecahkan masalah minyak kenanga yang berwarna hitam kecoklatan dan kotor adalah dengan proses pemurnian. Pemurnian minyak menggunakan bentonit 3 % akan menghasilkan minyak dengan kejernihan dan warna yang lebih baik dari pada menggunakan arang aktif, asam sitrat dan asam tartarat (Mulyono dan Marwati, 2005).
 Minyak kenanga, Mutu dan cara uji
No. SNI : SNI 6 -3949-1995 Abstraksi : Minyak yang diperoleh dari penyulingan bunga tanaman kenanga, yang memenuhi spesifikasi persyaratan mutu dari warna, bobot jenis 20 derajat / 20 derajat selsius, indeks bias nn 20, putaran optik, sisa penyulingan uap ( v/v ), bilangan ester, kelarutan dalam etanol 95 % dan zat asing seperti lemak, alkohol tambahan dan minyak pelikan. Cara pengambilan contoh, cara uji, syarat penandaan dan cara pengemasan (http://.wsu.edu/~gmhyde/433_web_pages/433oil-webpages/essence/essence-oils. 14 hal).

 SIFAT FISIKA KIMIA
Sifat-sifat fisika kimia nya adalah:
Warna: kuning muda sampai kuning tua :
1. Berat jenis pada 25oC: 0,904-0,920
2. Bilangan Ester: 15-35
3. Sisa penyulingan uap: maksimum 5%
4. Kelarutan dalam alkohol 95%: 1:1 jenuh, seterusnya sampai 1:9 keruh
5. Alkohol tambahan: negatif
6. Minyak lemak: negatif
7. Minyak pelikan: negatif (Sastrohamidjojo, H. 2002)
 Menurut EOA (Essential Oil Assosiation of USA)
1. Warna, bau dan penampilan: cairan berwarna kuning muda sampai kuning tua, bau khas, dan tajam menusuk hidung
2. Berat jenis pada 25oC: 0,904-0,920
3. Putaran Optik: (-15)-(-30o)
4. Indeks refraksi pada 20oC: 1.4950-1,5050
5. Bilangan penyabunan: 10-40
6. Kelarutan dalam alkohol 95%: larut dalam 0,5 volume, seterusnya keruh
 Komposisinya:
Melalui prosedur penyulingan yang benar serta penggunaan bahan baku dan peralatan yang memenuhi syarat, akan diperoleh rendemen minyak kenanga antara 1,5 – 2,0% (Sastrohamidjojo, H. 2002).


KESIMPULAN
1. Di dunia terdapat beberapa jenis kenanga, antara lain Cananga odorata, Cananga latifolia, Cananga scorthecini King, Cananga brandisanum Safford. Tanaman kenanga yang terdapat di Indonesia adalah kenanga jenis Cananga odorata. Bunga kenanga yang baik dan tepat untuk dipanen adalah bunga yang warnanya sudah mulai kuning atau kuning benar. Bunga yang masih berwarna hijau menghasilkan minyak atsiri yang bermutu jelek (Luqman, L. dan Rahmayanti, 1994).
2. Dalam proses penyulingan minyak kenanga ada beberapa hal yang dapat menyebabkan kesalahan dalam proses penyulingan tersebut yaitu :
a. Letak tempat penyulingan jauh dari letak tempat pembudidayaan, hingga aroma hilang dijalan.
b. Seringkali bunga yang masih hijau atau yang belum terlampau masak, dicincang sebelum proses penyulingan dilakukan. Sehingga aroma atau kandungan minyak yang terdapat didalamnya menguap.
c. Penyulingan dilakukan secara langsunng, sehingga dapat menyebabkan ester yang terkandung pada bunga “ ditahan “ air.
d. Karena pada proses penyulingan bunga kenanga berlangsung 3 – 4 hari, angka pada hari ke-2 dan berikutnya penyuling tidak teliti dalam mengisi air yang hendak diuapkan.
e. Botol yang digunakan untuk menmpung minyak bukan botol berlehr panjang, melainkan botol berleher pendek, bahkan kaleng bekas sehingga minyaknya “ lari “ menguap.




DAFTAR PUSTAKA
Annonim1, 2003. Aromaterapi pengobatan kuno yang populer kembali. Kompas Cyber Media, Jakarta
Frosch, P.J., J.D.Johansen, T.Menne, C. Pirker, C.C.Rastogi, K .E.Andersen, M.Bruze, A.Goossens, J.P.Lepoittevin and I.R.White, 2002. Further important sensitizers in patients sensitive to fragrances. Reactivity to essential oil.Contact
Anononim3 .1998. Laporan Penelitian Penanganan dan Penyulingan Bunga Ylang-ylang. Kerjasama Perum Perhutani dengan Balai Penelitian Tanaman Rempah dan Obat
Hobir dan Sofyan, R., 2002. Diversifikasi ragam dan peningkatan mutu minyak atsiri. Makalah pada ”Workshop Nasional Minyak Atsiri” di Cipayung. Dep.Perindustrian dan Perdagangan. 22h.
Mulyono, E. dan T. Marwati. 2005. Kajian proses pemurnian minyak kenanga. Buletin Teknologi Pascapanen Pertanian. 1(1): 31-37
Ketaren, S. 1985. Pengantar Teknologi Minyak Atsiri. Balai Pustaka. Jakarta. 427 hal.
Hernani dan Risfaheri. 1989. Pengaruh perlakuan bahan sebelum penyulingan terhadap rendemen dan karakteristik minyak nilam. Pemberitaan Littri. XV (2) : 84-87.
Sastrohamidjojo, H. 2002. Kimia Minyak Atsiri. FMIPA, UGM. Yogyakarta

Tidak ada komentar:

Posting Komentar